Tadinya kupikir dia tinggi hati, nyatanya akulah yang tak mengerti bagaimana pandangannya. Dan kupikir dia sangat kasar, nyatanya dia adalah yang sangat lembut perangainya.. ——— Betapa sungguh, aku inginkan persatuan. Betapa sungguh aku mempedulikan saling berkasih sayang. Namun ketika itu, aku tak tau dengan cara apa.. kuinginkan di posisi menjadi rakyat Rasulillaah صلي الله عليه وسلم ketika Islam berjaya, namun kutak mau dan tak ingin dan tak peduli tau bahwa aku pun harus mengalami rasa-rasa lemahnya Islam.. Ketika aku buta akan agama yang murni ini, tak tahu bahwa disini ada istilahnya manhaj apalagi salaf, tak tahu istilah nafi atau isbat, bahkan tak tahu bahwa makna kalimat tauhid bukan tiada tuhan kecuali Allaah. Ketika itu, aku melihat muslimah-muslimah bercadar senang memandang sinis, dan ikhwan-ikhwannya berwajah muram, aku merasa “ada apa dengan mereka?”. Sombongnya mereka merasa lebih tinggi karena sudah ngaji? Sudah pakai kerudung apalagi pakai cadar? Sudah ke...